
Terdapat foto yang sangat ikonik di buku “Kronik Pertempuran Surabaya” karya Ady Setiawan yang memperlihatkan sebuah kendaraan lapis baja bertuliskan PRI dengan nomor 40 teronggok di sebuah sudut kota Surabaya yang mana kebanyakan dari kita semua tidak terlalu mengenali jenis dari kendaraan tersebut. Kendaraan tersebut berjenis “Light Armoured Reconnaissance Vehicle” atau biasa di kenali dengan kendaraan intai ringan lapis baja yang di buat Afrika Selatan untuk memenuhi kebutuhan akan pertahanan bagi “The Union Defence Force” atau tentara pertahanan Afrika Selatan antara tahun 1939 sampai dengan 1940. Setelah mengalami bebrapa uji tes di medan yang berat, Marmon-Herrington Mk. I masuk dinas dan beroperasi penuh di awal tahun 1940 meskipun pada 5 bulan awal perang dunia ke 2 berkecamuk tidak ada satu pun Marmon-Herrington masuk kedinasan secara terorganisir.
Evert Philippus Kleynhans pada thesisnya pada tahun 2014 dengan judul Armoured Warfare The South African Experience in East Africa, 1940-1941, di Stellenbosch University Afrika Selatan mendeskripsikan bahwa pada bulan Spetember 1939 dilakukan sebuah uji kemampuan dari pengembangan kendaraan tempur ringan bermesin Mesin Ford V8, menggunakan sasis dengan panjang 134-inch berat 5 Ton, dengan menggunakan menggunakan transmisi buatan pabrikan Marmon-Herrington. Banyak dari kita yang mungkin sudah kenal dengan merek kendaraan Ford, akan tetapi kurang familiar mendengar merek Marmon-Herrington.
Marmon Herrington merupakan sebuah perusahaan yang didirikan oleh Walter C. Marmon and Arthur W. Herrington pada tahun 1931 yang pada awalnya memproduksi kendaraan berpenggerak semua roda (All Wheel drive) yang saat ini lebih spesifik membuat As Roda dan Transfer Case atau transimisi kendaraan berat yang berlokasi di Louisville, Kentucky Amerika Serikat. Selama perang dunia ke 2 Perusahaan ini juga mengembangkan dan memproduksi beberapa kendaraan militer.

Gambar Salah satu Dump Truck tahun produksi 1940 Produksi Marmon-Herrington/Ford
Bagaimana sejarah sebuah kendaraan produksi Afrika Selatan ada di Front pertempuran Surabaya dan dioperasikan oleh para pejuang-pejuang Indonesia, ini semua tidak lepas dari kebutuhan akan kendaraan tempur oleh pihak KNIL (oninklijk Nederlands Indisch Leger) pada masa sebelum kedatangan pasukan Jepang ke Indonesia. Pada tahun 1941 NPC (Netherlands Purchase Commission) bekerja sama dengan pihak sekutu mengakuisisi sekitar 49 unit Marmon-Herrington Mk. III bekas pakai yang didatangkan ke Dutch East Indies (Indonesia saat ini) dan tiba di pulau jawa tahun 1942. Pabrikan Marmon-Herrington sendiri mendapat order dari KNIL sebanyak 628 unit yang terdiri dari beberapa jenis lainnya.

Sangat disayangkan pada saat ke 49 unit Marmon-herrington Mk. III yang didatangkan ternyata tidak sesuai dengan perkiraaan, banyak sekali kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh penggunaan sebelumnya secara terus menerus tanpa adanya perawatan yang memadai dan semua unit tidak dilengkapi dengan senjata dan tidak semua personel KNIL mendapatkan pelatihan cara penggunaan dan perawatan kendaraan ini. Hal ini tentu saja mempersulit pasukan KNIL dalam rangka memperkuat pertahanan pulau jawa mengingat saat itu Singapura sudah jatuh ke tangan Jepang. Beberapa perbaikan dan penambahan senapan mesin jenis Vickers 20mm dilakukan oleh KNIL meskipun tidak terlalu signifikan akan tetapi paling tidak ada cukup untuk sebuah kendaraan patrol.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang Jawa Barat, dan sejak saat itulah semua asset yang dimiliki oleh KNIL jatuh ke tangan pendudukan Jepang, termasuk Marmon-Herrington Mk. III yang dikemudian hari setelah Jepang kalah di perang pasifik, pun setelah jepang kalah dan para pemuda Surabaya kala itu merampas sebagian besar dari peralatan dan senjata milik tentara jepang, turut serta Marmon-Herrington Mk. III eks KNIL yang nantinya turut serta digunakan oleh para pejuang Indonesia bertempur melawan pasukan Inggris di palagan 10 November 1945 di Surabaya.
Tidak hanya Marmon-Herrington Mk. III yang nampak ditinggalkan oleh pejuang-pejuang Indonesia kala itu, tapi juga ada foto Marmon-Herrington CTLS menggunakan Track Rantai sedang dalam proses evakuasi oleh tentara Inggris seusai pertempuran. Marmon-Herrington CTLS ini sendiri menurut informasinya dibeli sekitar periode pertengahan 1941 sampai dengan awal tahun 1942. Namun nasib yang sama juga berlaku untuk kendaraan ini, karena tidak semua unit yang mendarat di pulau jawa siap untuk dioperasikan.
Sampai dengan saat ini, kami masih belum mendapatkan data secara pasti dari kesatuan atau organisasi mana saja yang menggunakan Marmon-Herrington hasil rampasan. Akan tetapi dari beberapa foto yang didapatkan, nampaknya memang terjadi ketidak seimbangan kekuatan antara pihak Inggris yang saat itu sudah menggunakan Medium Tank M4 Sherman dan beberapa unit Light Tank M3 Stuart. Ditambah lagi adanya kekacauan logistik yang menyebabkan beberapa kendaraan yang ditinggalkan mungkin akibat kekurangan bahan bakar ataupun amunisi.

Marmon-Herrington CTLS 2-man light tank . Sumber: Imperial War Museum

Ditulis oleh : Wahyu Dewantoro
Sumber :
tanks-encyclopedia.com/ww2/south_africa/Marmon-Herrington_MkIII.php