Pada bulan Desember 1945, pejuang dari Surabaya dan pejuang yang berdatangan dari luar Surabaya hanya bisa bertahan di pinggiran selatan Surabaya untuk mempertahankan wilayah Gedangan Sidoarjo sebagai garis terdepan pertahanan TKR setelah satu bulan lebih sejak pecahnya pertempuran 10 Nopember 1945 dengan pihak Inggris.
Akhir bulan Desember 1945 pihak Inggris telah menyerahkan Surabaya kepada Belanda sehingga Indonesia mengalami pendudukan Belanda untuk kedua kalinya. Di bulan Januari 1946, telah terjadi pertempuran yang meluas hingga selatan Gedangan yang menuju arah Buduran Sidoarjo, tepatnya di Desa Karangbong. Daerah Gedangan dipertahankan gabungan pasukan dari Batalyon Srudji, Batalyon Muchlas Rowi (Hizbullah), Batalyon Samsul Islam (Hizbullah), Batalyon Hamid Rusdi dan batalyon-batalyon lainnya yang berdatangan dari selatan Surabaya. Kompi Alap-Alap dari Jember pimpinan Suherlan dari Batalyon Mayor Srudji mati-matian bertempur dengan Belanda untuk mempertahankan kedudukannya di Karangbong yang menyebabkan gugurnya 15 prajurit dari kompi ini.
Untuk mengenang perjuangan Kompi Alap-alap tersebut pada 10 Nopember 2003 di Desa Karangbong ini dibangun monumen oleh Ketua Dewan Harian Cabang 45 Kabupaten Sidoarjo Bpk Abdoel Aziz Sjoekoer dalam bentuk tugu bambu runcing sebagai simbol perjuangan di era 1945 dan relief di belakang tugu bambu runcing yang menggambarkan pertempuran sengit di tahun 1946.
Sumber referensi
1. Pertempuran Surabaya
2. Perjuangan Total Brigade IV
3. Garis Depan Pertempuran Laskar Hizbullah 1945-1950