Home / Article / Monumen Status Quo

Monumen Status Quo

Monumen ini dibuat untuk mengenang perjuangan TNI, Polisi dan rakyat pada saat pertempuran yang heroik melawan Belanda di Pandesari. Pada masa itu Pandesari dikenal sebagai Garis Demarkasi atau garis Status Quo di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang pada tahun 1947 seusai perjanjian Renville.

Pada pertempuran di garis Demarkasi Pandesari itu beberapa barang yang ada di pos Belanda seperti jeep, helm, senjata hingga alat komunikasi berhasil disita pihak pejuang. Pertempuran itu membuat Kopral Kastawi gugur dan pejuang lainnya terluka pada tanggal 7 Desember 1948. Dua belas hari setelah penyerangan dan perampasan yang dilakukan TNI, pasukan Belanda melakukan serangan balasan tanggal 19 Desember 1948.

Pada serangan tersebut Belanda sengaja melanggar garis demarkasi untuk memprovokasi pasukan yang berpatroli di sekitar garis status quo dan pada saat bersamaan dari arah utara pasukan Belanda dengan persenjataan lengkap menyerang polisi yang melakukan patroli di garis status quo, akibatnya dua orang polisi yaitu AK.Permadi dan Soejadi gugur, sedangkan Serma Soewarno Yudho mengalami luka tembak di kaki.

Makna yang terkandung dari keberadaan benda-benda di sekitar monumen adalah sebagai berikut:
1. Patung pejuang menggambarkan gugurnya Kopral Kastawi
2. Relief kapal Renville menggambarkan asal mula garis status quo.
3. Relief Pertempuran I : Menggambarkan gugurnya Kopral Kastawi
4. Relief Pertempuran II : Menggambarkan gugurnya Kacung Permadi

Peletakan batu pertama pembangunan monumen dilakukan pada tanggal 17 September 1982. Monumen diresmikan pada tanggal 27 Desember 1982 oleh Pangdam VIII Brawijaya, Mayjen TNI AD Moergito.

(Sumber Referensi Perjuangan Total Brigade IV)

 

AUTHOR  : Rifkhi Sulaksmono

About rifkhi sulaksmono

Lahir di Jogjakarta, 4 Desember 1980 lulusan fakultas ekonomi akuntansi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, hobby penelusuran situs pertempuran diberbagai daerah.

Check Also

Insiden Kekerasan Imlek di Surabaya Tahun 1912

Tahukah anda bahwa perayaan Imlek tahun 1912 di Surabaya berubah menjadi sebuah panggung pertikaian sengit …