Kita yang biasa jalan jalan di kota Surabaya tentu sering sekali melewati Gedung RRI, ini tak lain karena lokasi dari bangunan ini yang memang berada di tengah kota dan berhadapan dengan Surabaya Delta Plaza.
Mendapat jawaban itu dengan segera rumah Sukirman dikepung oleh tentara Gurkha sambil mengadakan stelling siap tempur. Sukirman diajak ke studio dan semua pegawai yang sedang dinas disuruh pulang, sedang Sukirman diwajibkan tinggal. Semua kunci studio dipegang oleh opsir tersebut. Meskipun studio Simpang telah diduduki siaran RRI tiada terhenti. Pendudukan gedung RRI ini segera tercium oleh pemuda pejuang yang berada di sekitarnya. Pendudukan gedung RRI Simpang ini sungguh mengundang permusuhan. Tetapi mungkin karena sikap kekurangajaran pasukan Inggris selama ini, mereka tidak merasa bahwa menduduki gedung itu memancing bentrokan senjata dengan para pejuang Indonesia. Pasukan Gurkha yang berada di gedung RRI melakukan penembakan terhadap orang-orang yang lalu lintas di depan gedung. Perbuatan ini lebih mengundang bentrokan. karena rakyat yang mengepung gedung ini tidak memiliki senjata api yang ampuh, maka mereka segera menghubungi markas PRI, Markas Polisi Istimewa dan lain-lain. Rakyat minta bantuan pasukan bersenjata.
Pengepungan Gedung radio Surabaya di Simpang meletus jadi bentrokan bersenjata. Sayang, rakyat menyerang hanya mengandalkan semangat dan keberanian saja. sehingga banyak jatuh korban dipihak rakyat Surabaya. Seorang Opsir yang merasa ketika tembak menembak (jam 18.00 Minggu, 28 Oktober 1945) pihaknya akan menang. Opsir Inggris itu keluar dari gedung mengendarai jip akan kembali ke markasnya. Ia memang berhasil meloloskan diri dari kepungan rakyat yang tidak lengkap persenjataannya, tetapi sampai Markas Pemuda Republik Indonesia di Simpang Club, ( kini Balai Pemuda) dicegat oleh para pemuda yang bersiap-siap disitu. Jipnya di rampas dan opsir itu tewas terbunuh.
Pertempuran berlanjut sampai jauh malam, serta sampai satu hari berikutnyaSenin pagi 29 Oktober 1945, tembak menembak di gedung Radio Surabaya mulai ramai lagi. Polisi Istimewa mengirimkan sebuah kendaraan panser dari markasnya di Coen Boulevard, lengkap dengan senjata dan tiga orang penumpangnya,yaitu Luwito, Wagimin, dan Sutrisno. Melihat banyaknya korban yang bergelimpangan dan tak ada yang berani menolong atau memindahkan ke pinggir jalan, panser datang dari arah barat dengan hati-hati. Panser Polisi Istimewa itu melewati gedung tadi sambil melihat keadaan dan tidak luput dari brondongan tembakan dari atas. Panser berputar ke sebelah kiri dan dari depan gedung, dan laras senapan mesin watermantel 7,7 diarahkan ke jendela tempat orang-orang Gurkha mengintai dan menembak.
Rentetan tembakan dilepaskan ke jendela beberapa kali, ternyata mereka tetap mengadakan pembalasan. Rupanya mereka dapat menghindari tembakan dari panser, Luwito turun dari panser, minta kepada para pemuda yang stelling di muka gedung menyingkir ke samping gedung. Dinding kaca dimuka ruang tamu dihancurkan dengan tembakan senapan mesin. Panser yang dikemudikan Wagimin merapat dibawah gedung untuk menghindari lemparan granat musuh. Sutrisno mengawasi gedung sambil melindungi teman-temannya. Mereka berkumpul ke tempat semula, lalu kembali mendekati gedung dengan dua jerigen bensin cadangan yang tersedia didalam panser. Jerigen dibuka tutupnya dan dilemparkan ke lantai, sehinggga lantai gedung basah oleh bensin. Wagiman menjalankan pansernya seperti tadi, tapi agak cepat. Pada kesempatan itu sebuah granat yang telah dicabut pennya dilemparkan ke lantai yang basah oleh bensin. Granat meledak, dan api pun menyala, gedung terbakar hebat.
Setelah terjadi kebakaran beberapa saat, maka keluarlah tentara Gurkha kira-kira 10 orang dari kepulan asap. Dalam keadaan muka setengah hangus menyandang senjatanya sambil angkat kedua tangannya ke atas tanda mereka menyerah. Mereka langsung disambut oleh pasukan rakyat dimuka gedung dengan amukan tanpa belas kasih. Di bantai dengan senjata seadanya hingga tewas semuanya. Rupanya rakyat melakukan balas dendam karena kawan-kawan seperjuangannya banyak yang gugur akibat tembakan pasukan Gurkha dari atas gedung itu. Semua pasukan Gurkha yang menduduki Gedung Radio Surabaya tewas terbakar atau diamuk oleh rakyat. Hanya dengan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, Sukirman yang bertahan digedung itu dapat meloloskan diri dan selamat…..”