Semangat memperoleh kemerdekaan pada masa pendudukan Jepang telah merasuk ke semua lapisan masyarakat. Para pemuda yang masih tergolong remaja belasan tahun pun tidak mau ketinggalan, mereka tergabung dalam tentara pelajar yang bermarkas di jalan Darmo 49 Surabaya.
Jalan Darmo 49 adalah alamat dari Sekolah Menengah Tinggi Surabaya. Yang mana para pelajar di sana terbiasa dengan system belajar yang menggunakan bahasa Jepang dalam kesehariannya. Tidak mengherankan sebab pada masa itu Jepang berkuasa di Indonesia sejak tahun 1942.
Rasa tanggung jawab terhadap kondisi bangsa dan semangat kemerdekaan yang menyala nyala membuat para pelajar ini mengadakan pertemuan di Solo pada bulan Mei 1945. Mereka bersumpah akan berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan tanah air, dan akan menghancurkan setiap penjajah tanah air tercinta. Mereka tidak mau kemerdekaan itu diberi oleh Jepang, melainkan mereka ingin ikut berjuang.
Pada bulan April 1945 perang di Pasifik sendang memuncak. Para pemuda pelajar dari berbagai sekolah menengah tinggi berkumpul di gedung Radio Surabaya jalan Simpang 35 untuk meyatukan kebulatan tekad untuk ikut serta dalam pembelaan tanah air.
Pihak Jepang menjanjikan pelatihan Pasukan Pelajar Istimewa yang akan dididik dalam Daidan atau tangsi-tangsi Heiho, sehingga para pelajar mendapatkan pelatihan dalam olah senjata dan ilmu pertempuran. Namun setelah para pelajar ini bergabung, mereka di beri pengetahuan lain di luar ilmu kemiliteran seperti ilmu pengetahuan tentang mesin, pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel mobil. Pada tanggal 19 Agutus, pelatihan itu selesai, tentara Jepang memberitahukan tentang kemerdekaan Indonesia. Para pelajar itupun kembali ke bangku sekolah.
Setelah insiden bendera dan penyerbuan ke markas Kenpeitai, para pemuda pelajar bersiap untuk menghadang kedatangan sekutu. Sekolah menengah tinggi dijadikan markas dan tempat pelatihan ilmu pertempuran. Para pelajar itu dibagi dalam regu-regu. Mereka menggunakan aula sebagai tempat istirahat dan mengatur pasukannya. Dengan singkat sekolah dimiliterisasi. Pada tanggal 19 Oktober 1945 para pelajar ini mengganti pena dan buku – buku pelajaran dengan sangkur dan bedil. Sekolah di jalan Darmo 49 berubah nama menjadi markas BKR Kota Darmo 49 Surabaya.
Para pelajar ini mendapatkan seragam Jepang dengan ukuran yang seadanya. Baju dan celana yg dipakai seringkali tidak sesuai dengan ukuran mereka, ada kebesaran dan ada yang kekecilan. Terutama pada sepatu, paling banyak yang kebesaran sehingga kaki mereka lecet-lecet setelah mengenakannya.
Pasukan tentara pelajar ini terlibat dalam beberapa penyerangan terhadap posisi pasukan Inggris. Antara lain di Radio Surabaya jalan Simpang, markas Inggris di jalan Kayun. Gedung HBS jalan Ambengan.
Begitu besar semangat dan energi anak muda pada waktu itu, beruntung sekali mereka dapat menggunakannya untuk membela kedaualatan Negara Republik Indonesia. Suatu hal yang harus dijadikan contoh di jaman ini, dimana kreatifitas dan sumbangsih pemuda – pemuda Indonesia dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.
Narasi & Foto : Bagus Kamajaya
Dari : Pelajar dan Perang Kemerdekaan